About

Pages

Selasa, 14 Agustus 2012

Ancaman bagi orang yang tidak mengerjakan shalat

Ancaman bagi orang yang tidak mengerjakan shalat


Ancaman bagi orang yang tidak mengerjakan shalat >>  Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu ia mengqadhanya, maka ia akan disiksa didalam neraka selama satu huqub, satu huqub sama dengan 80 tahun, dan satu tahun terdiri dari 360 hari. Sedangkan ukuran satu haru (diakhirat) adalah 1.000 tahun (di dunia)” (Majalisul Abrar)

didalam lughat, huqub artinya waktu yang sangat panjang. Tetapi menurut kebanyakan hadits, bermakna seperti diatas, yaitu 80 tahun. Perhitungan demikian tertulis dalam kitab Durrul Mantsur. Ali r.a pernah ditanya oleh Hilal Hijri r.a, “Berapa lamakah satu huqub itu?” Ali r.a. Menjawab,”Satu huqub adalah 80 tahun, dan setahun adalah 12 bulan, dan setiap bulan adalah 30 hari, dan satu hari sama dengan 1.000 tahun hari diakhirat.” Abdullah bin Mas'ud r.a. Meriwayatkan dalam riwayat yang shahih bahwa satu huqub sama dengan 80 tahun. Abu Hurairah r.a. Telah mendengar langsung dari Rasulullah saw. bahwa satu huqub sama dengan 80 tahun dan satu tahun sama dengan 360 hari dan satu hari di akhirat sama dengan 1.000 tahun perhitunganmu (di dunia). 
Kemudian Abdullah bin Umar r.a berkata, “Kita jangan merasa cukup bahwa dengan iman yang kita miliki, pada akhirnya kita akan diangkat dari neraka, yaitu bila akan diangkat dari neraka setelah 28.800.000 tahun. Dan apabila disebabkan oleh dosa lainnya, maka akan lebih lama lagi mendiami neraka. Selain itu, banyak hadits yang menerangkan tentang lama atau tidaknya tinggal di neraka. Akan tetapi lamanya satu huqub seperti yang disebutkan didalam hadits diatas telah banyak disebutkan dalam beberapa hadits. Dan mungkin juga berkurang atau bertambahnya siksaan akan disesuaikan dengan dosa orang tersebut.

Didalam kitab Qurratul Uyun Abu Laits Samarqandi rah.a menulis sebuah hadits, “Barang siapa meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja walaupun satu shalat, maka namanya akan tertulis pada pintu neraka yang ia harus memasukinya.” Ibnu Abbas r.a. Berkata, “Suatu ketika Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah, 'Ya Allah, janganlah salah seorang dari kami dijadikan orang-orang yang sengsara.' Kemudian Rasulullah saw. bertanya, “Tahukah kamu siapakah orang yang sengsara itu?' para sahabat r.a. Menjawab, 'Orang yang sengsara adalah orang yang meninggalkan shalat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apapun.” Disebutkan dalam hadits lain bahwa barangsiapa meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat, maka pada hari kiamat Allah Swt. tidak akan mempedulikannya, bahkan Allah Swt. akan menyiksanya dengan suatu azab yang sangat pedih.

Disebutkan dalam hadits lain, ada 10 orang yang akan disiksa dengan luar biasa, salah satunya adalah bagi orang yang yang meninggalkan shalat. Kedua tangannya akan dibelenggu, malaikat akan memukil wajah dan punggungnya terus menerus. Surga akan berkata kepadanya, “Engkau tidak akan mempunyai hubungan apapun denganku. Dan aku tidak diperuntukkan kepada orang-orang seperti kamu.” Kemudian Jahannam akan berkata, “Mari, kemarilah, kamu adalah untukku dan aku untukmu.”

Dalam hadits inipun diriwayatkan didalam neraka terdapat suatu lembah (hutan) yang bernama Lamlam. Didalamnya ada seekor ular yang sangat besar, sebesar leher unta dan panjangnya seperti satu bulan perjalanan. Ular itu diciptakan untuk menyiksa orang-orang yang meninggalkan shalat. Didalam hadits yang lain juga disebutkan bahwa disana ada suatu padang yang bernama Jubul Huzn. Disana ada rumah-rumah kalajengking, dan setiap kalajengking besarnya sama dengan keledai. Dan kalajengking itu diciptakan untuk menyiksa orang-orang yang meninggalkan shalat. Memang benar bahwa Allah Swt. dengan mudah dapat mengampuni dosa hamba-Nya, namun siapakah yang dapat menjamin bahwa Allah Swt. akan mengampuni kita?

Didalamnya kitab al-jawajir, ibnu Hajar rah.a menulis bahwa ada seorang wanita yang meninggal dunia, saudara laki-lakinya ikut serta dalam upacara penguburannya. Ketika mayat itu dikubur, sebuah kantong uang terjatuh dan masuk ke dalam liang kubur. Pada waktu itu ia tidak sadar, namun ketika ia telah pulang kerumahnya, ia ingat bahwa kantong uangnya telah terjatuh, iapun merasa sedih. Akhirnya secara sembunyi-sembunyi ia menggali kubur tadi untuk mengambil kantong uang tersebut, tetapi ketika kuburan itu digalinya, tiba-tiba jilatan api keluar dari dalam kubur tersebut. Sambil menangis ia segera menemui ibunya, kemudia ia menceritakan kepada ibunya apa yang telah terjadi, dan ia bertanya, “Mengapa terjadi demikian?” Ibunya menjawab, “Dia sering bermalas-malasan dalam mengerjakan shalat dan selalu mengqadha shalatnya.” Mudah-mudahan Allah memelihara kita dari perbuatan seperti itu.


Hadits ke 9

“Dari Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang tidak mengerjakan shalat dan tidak ada shalat bagi orang yang tidak ada wudhu.” (Hr. Al-Bazar)

Seseorang yang tidak mengerjakan dan ia mengaku dirinya seorang muslim, bahkan dengan mengemukakan dalil bahwa dirinya seorang yang benar-benar muslim, maka sedikit berpikirlah tentang hadits Rasulullah ini. Mengenai hal ini Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kamu perhatikan, bahwa kejayaan orang-orang terdahulu adalah karena mereka selalu berpegang teguh pada agamanya, sehingga dunia berada dibawah telapak kaki mereka.”

Suatu ketika pernah mata Abdullah bin Abbas r.a kemasukan benda, sehingga orang-orang berkata kepadanya, “Kamu bisa sembuh dengan syarat sementara waktu kamu harus meninggalkan shalat.” Beliau berkata, “Tidak, hal itu tidak mungkin saya lakukan karena saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat niscaya ia akan menjumpai Allah swt. dalam keadaan dimurkai.” Mengenai hal ini hadits lain meriwayatkan bahwa mereka menasehati beliau agar bersujud diatas kayu selama lima hari. Beliau berkata, “satu rakaatpun saya tidak akan melakukannya seperti itu, aku akan bersabar menghabiskan sisa usiaku dalam keadaan buta.”

bagi mereka tidak mudah untuk meninggalkan shalat sekalipun disebabkan oleh uzur yang membolehkan mereka meninggalkannya.

Pada akhir hayatnya Umar r.a terkena tusukan pisau, beliau banyak mengeluarkan darah sehingga beliau sering jatuh pingsan, kemudian dalam keadaan pingsan beliau meninggal dunia. Tetapi pada waktu beliau sakit, apabila waktu shalat tiba, maka beliau segera mengerjakan shalat. Dalam keadaan bagaimanapun beliau mengerjakan shalat. Beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang tidak mengerjakan shalat, maka ia tidak mendapat bagian apapun dalam Islam.”

Sekarang lihatlah diri kita, karena kita menganggap ada keringanan dan kemudahan dalam shalat, maka tidak perlu bersusah payah mengerjakan shalat, lebih baik kita membayar fidyah saja. Kita berangan-angan akan mendapatkan tingkat ibadah seperti orang-orang terdahulu dalam mengerjakannya, namun kita tidak memahami bagaimana teguhnya orang-orang terdahulu dalam memegang agama.

Ali r.a meminta seorang hamba sahaya (pembantu) kepada Rasulullah saw. untuk membantunya dalam pekerjaan sehari-hari. Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga orang hamba sahaya padaku, ambillah menurut yang kamu sukai.” Ali r.a berkata, “Terserah engkau ya Rasulullah, mana yang engkau sukai.” Ali r.a. Berkata, “Terserah engkau ya Rasulullah, mana yang engkau sukai.” Kemudian beliau memilih salah seorang dan bersabda, “Ambillah dia karena dia seorang yang menjaga shalatnya. Dan janganlah kamu memukulnya karena kita dilarang memukul orang yang menjaga shalatnya.”

Kisah seperti diatas terjadi juga kepada seorang sahabat yang bernama Abul Haitsam r.a. Dia juga meminta seorang hamba sahaya kepada Rasulullah saw. akan tetapi kebalikan daripada semua ini adalah, ketika pekerja kita adalah orang yang menjaga shalatnya maka kita menyakiti dia dan karena kebodohan kita, kita menganggap bahwa shalat dia adalah kerugian bagi kita.

Suatu ketika Sufyan ats-Tsauri pernah mengalami bahwa dirinya telah dikuasai oleh keadaan (ghaabatul Hal). Selama tujuh hari terus menerus dia tinggal dirumahnya tanpa makan, minum dan tidur. Setelah mengetahui kondisinya, gurunya bertanya, “Apakah waktu-waktu shalatnya terjaga (yakni dia terus menerus menjaga waktu shalatnya)?” orang-orang menjawab, “Sesungguhnya waktu-waktu shalatnya betul-betul terjaga.” Gurunya berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak memberikan jalan kepada syetan untuk menguasainya.” (Bahjatun Nufus) (Sumber Himpunan Kitab Fadhail Amal Hal : 42-45)

Semoga artikelnya bermanfaat dan menambah motifasi anda untuk tidak p[ernah meninggalkan ibah shalat wajib 5 waktu :)

Posted by .fellianavalery

>>> Ancaman bagi orang yang tidak mengerjakan shalat <<<

0 komentar: